Warta Gereja

Koor Gereja dan "Sepucuk" Kesaksian Umat

Latihan Koor Gema Karanggita
Kelompok koor Gema Karanggita sedang berlatih
KARANGAN - Pada setiap momen perayaan ekaristi di Gereja, kerap tampil kelompok paduan suara (koor). Tentu saja suasana Perayaan Ekaristi menjadi lebih semarak. Namun keberadaan koor sebenarnya bukan sekedar untuk memeriahkan misa, akan tetapi juga, koor dapat menjadi "motor" umat di dalam gereja.

Ada anggapan yang keliru, bahwa mungkin kelompok koor, di dalam setiap misa dan perayaan ekaristi lainnya adalah yang paling dominan dalam penguasaan lagu. Koor dianggap memonopoli semua lagu. Akan tetapi hal itu bukanlah tujuan dari koor. Bagaimanapun juga, koor biasanya selalu hadir dalam perayaan-perayaan khusus, seperti pemberkatan pernikahan, misa natal, paskah, dan berbagai hari penting sesuai liturgi Gereja. Namun pada hari-hari biasa, kelompok koor berperan sebagai penggerak agar umat lebih bersemangat dan termotivasi untuk bernyanyi dengan lebih baik.

Bergabung dalam kelompok koor itu bukanlah sesuatu yang mudah. Terutama bagi setiap anggota yang tidak memiliki latar belakang teknis dalam penguasaan lagu, butuh latihan yang terus menerus. Kalaupun ada anggota yang secara teknis mampu dan sangat mumpuni dalam penguasaan materi (lagu), maka ia pun harus tetap berlatih. Suatu kelompok koor yang solid membutuhkan komitmen, terus belajar bersama, berlatih bersama dan yang paling penting adalah menumbuhkan "kesadaran", mengapa saya berada di kelompok koor, mengapa harus bernyanyi dan untuk apa menyanyi (subyektif).

Tentu saja banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi solid atau tidaknya sebuah kelompok koor di dalam gereja. Secara umum hal tersebut dapat di bagi menjadi dua hal, yaitu faktor teknis dan non teknis. Seperti yang telah di sebutkan di atas, bahwa salah satu faktor teknis dalam penguasaan materi itu memang penting. Akan tetapi hal itu bukanlah yang paling utama. Membangun chemistry yang sama saat latihan juga diperlukan. Selain itu, menyadari ego untuk berada dalam "kesetaraan" didalam kelompok juga sangat penting. Tidak perlu ada yang merasa sangat pandai dan tidak perlu juga ada yang merasa sama sekali tidak pandai. Semuanya adalah murid bagi dirinya sendiri dan murid dihadapan Altar.

Kelompok koor berarti di dalamnya selalu ada kebersamaan. Dan satu hal yang paling sulit dari semua proses ber-koor adalah tentang bagaimana menumbuhkan dan menjaga harmonisasi di dalam kelompok. Sebagaimana diketahui bahwa, harmoni adalah "roh" dari segala bentuk seni, apapun itu. Sebuah lagu yang dipersembahkan untuk perayaan ekaristi secara teknis telah ditulis dengan notasi musik, ketukan birama, dan berbagai tanda baca (partitur). Semua itu adalah simbol-simbol harmoni.

Namun sehebat apapun sebuah lagu diciptakan sangat bergantung kepada siapa yang menterjemahkannya melalui bunyi/suara guna menjadikannya sebuah nyanyian yang utuh. Kondisi kebatinan (kesadaran) si penyanyi/pemain musik/kelompok koor menjadi kunci utama untuk menjadikan lagu yang dinyanyikan itu akan terdengar baik atau buruk.

Jadi pada dasarnya, untuk mencapai tujuan menjadi kelompok koor yang mumpuni itu butuh latihan yang cukup kompleks. Bukan hanya sekedar latihan teknis secara disiplin, akan tetapi juga melatih diri dalam rangka menumbuhkan keterhubungan yang harmonis (selaras) antara si penembang/pemusik dengan lagu yang dinyanyikan/dimainkan.

Kelompok Koor "Gema Karanggita"


Masa-masa terbentuknya paroki baru sudah semakin dekat. Apalagi di beberapa wilayah keuskupan lain di Indonesia juga banyak bermunculan paroki-paroki baru. Otomatis lahir kelompok koor baru di banyak paroki. Hal ini menandakan bahwa koor merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting di dalam setiap pelayanan Gereja.

Demikian juga dengan Gema Karanggita, sebagai kelompok koor dalam paroki baru nantinya, ia akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan perayaan liturgi. Frekwensi untuk tampil mungkin akan semakin bertambah bukan hanya sebatas perayaan ekaristi biasa, misa natal, paskah, atau pemberkatan pernikahan, akan tetapi juga akan diperlukan dalam berbagai kegiatan yang menjadi program paroki. Kita lihat saja nanti akan seperti apa.

Namun sebelum jauh "bermimpi", penulis akan menyampaikan sebuah testimoni lain tentang kelompok koor Gema Karanggita. Dan mungkin ini adalah testimoni pertama kali, yang ditulis melalui sepucuk surat oleh seeorang umat yang begitu terkesan dengan penampilan Gema Karangita pada saat perayaan "Kristus Raja Semesta Alam" yang berlangsung beberapa hari kemarin.

Hari ini, Kamis 24 November 2016, seorang bapak mendatangiku dan menyerahkan sepucuk kertas dengan tulisan tangan untuk diketik. Awalnya saya tidak tahu, apa isinya namun setelah membaca, ternyata menceritakan tentang bagaimana ia begitu terkesan dan sangat terharu ketika mendengarkan lagu "Kudus" yang dibawakan oleh kelompok koor Gema Karanggita waktu itu.

Sempat saya berdiam diri sebentar, memutar kembali suasana misa waktu itu. Rasanya penampilan koor waktu "biasa" saja. "Ini terlalu berlebihan dan agak lebay", pikirku. Tapi akhirnya saya harus mengetik surat itu sesuai permintaan bapak tersebut agar dicetak menjadi dua rangkap sebagai kenang-kenangan, katanya.

Sewaktu mengetik surat itu barulah saya menyadari, bahwa mungkin saja apa yang kita persembahkan kepada banyak orang (umat) bukanlah hal yang sangat sempurna. Namun sebenarnya kita tidak pernah tahu, baik atau buruk penampilan kita, selalu menambatkan kesan tertentu didalam benak orang lain. Dibawah ini adalah petikan sepucuk testimoni itu;


Karangan, 23 November 2016

Tanggal 20 November 2016
Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus
Raja Semesta Alam


Berkenaan dengan merayakan hari ini kami sangat terkesan dan terharu dengan adanya penampilan koor yang ada. Kelompok Koor yang ada saat ini semakin bersemangat dan menampakkan kebolehannnya.

Berkat dari kegesitan pimpinan dan pengasuh koor tanpa pamrih yang tidak dapat kami sebutkan siapa namanya, pada waktu itu penampilan Lagu “Kudus” dari Andrea M, kami betul merasakan bahwa gereja Katolik Karangan ada ditengah-tengah umatnya. Dan seolah-olah cita-cita kami sebagai umat tercapai dengan kehadiran kelompok koor sebagai kelengkapan sewaktu misa. Walaupun hari-hari minggu biasa anggota koor tetap bisa tampil.

Dan waktu itu bahwa kami merasakan seperti sedang bersembahyang ke Khatedral di Pontianak. Semoga anggota Koor Gereja Karangan semakin meningkatkan kebolehannya, kalau perlu siap untuk dipertandingkan dan jangan lupa juga untuk menyiapkan generasi baru untuk bergabung dalam kelompok koor tersebut.

Inilah kesan yang dapat kami sampaikan sebagai umat biasa, sekiranya ada tutur kata yang tidak berkenan sudi kiranya memaafkan.

Salam


Umat


Demikianlah, isi sepucuk testimoni dari seeorang tentang kesannya terhadap keberadaan kelompok koor dalam perayaan misa. Semoga hal yang sangat "sederhana" ini menjadi "spirit" bagi Gema Karanggita untuk memberikan pelayanan terbaik, tidak hanya bagi Allah melainkan juga bagi umat, karena di dalam setiap umat selalu ada Allah yang mendengarkan.

Sepucuk Testimoni Umat Tentang Kelompok Koor Gema Karanggita
Sepucuk kesaksian umat yang telah sepuh
Dalam kesempatan ini pula, penulis ingin mengajak siapa saja untuk bergabung bersama Gema Karanggita, mengingat kelompok koor ini masih kekurangan anggota di bagian Tenor dan Bass. Ditunggu kehadirannya, dan mari kita bernyanyi. Ya, hanya bernyanyi!.

God Bless Y'All  _/\_

S. Karimawatn

1 comment: