Para Martir Dari Vietnam
Ilustrasi pembantaian masal orang kristen di Vietnam (Conggiao.info) |
Dari tahun 1798 sampai 1861, beberapa kelompok martir telah dibunuh karena keyakinan mereka. Antara 1798 dan 1853, enam puluh empat orang telah menjadi martir, mereka menerima beatifikasi pada tahun 1900. Dan mereka yang meninggal pada kelompok kedua, yaitu antara 1859 dan 1861, telah dibeatifikasi pada tahun 1909. Ada sekitar dua puluh delapan laki-laki dan perempuan yang mati karena membela iman mereka selama periode penganiayaan yang berlangsung lama itu.
Pada tahun 1533, seorang misionaris Portugis pernah tiba di Vietnam, ia disebut Annam, Indo-China, Cochin-China, dan Tonkin. Sebuah dekrit kekaisaran di Vietnam saat itu melarang agama Kristen, namun tidak sampai tahun 1615 para Jesuit mampu membangun misi permanen mereka di sana , di wilayah tengah negara itu.
Tahun 1627, seorang imam Yesuit pergi ke bagian utara untuk mendirikan misi lain. Namun pada saat misionaris ini menjalankan misinya, Pastor Alexander de Rhodes, ia diusir pada tahun 1630, dan saat itu ia telah membabtis 6700 orang Vietnam menjadi Katolik. Pada tahun yang sama martir Kristen pertama dipenggal, dan selebihnya dieksekusi pada tahun 1644 dan 1645. Kemudian Pastor Rhodes kembali lagi ke Vietnam, namun ia dibuang lagi pada tahun 1645. Ia kemudian pergi ke Paris, Perancis, dan mendirikan Seminari Paris untuk Misi Asing. Setelah itu para imam berdatangan ke Vietnam, dan saat itulah iman tumbuh diantara orang-orang Vietnam.
Antara 1798 dan 1853 merupakan periode persaingan politik yang intens dan terjadi perang saudara, enam puluh empat orang Kristen dieksekusi. Mereka dibeatifikasi pada tahun 1900. Pada tahun 1833, semua orang Kristen diperintahkan untuk meninggalkan iman, dan mereka dipaksa menginjak salib. Keluarlah dekrit yang mengawali penganiayaan besar-besaran terhadap orang kristen dan hal itu berlangsung selama setengah abad. Ada dua puluh delapan martir dalam periode ini yang dibeatifikasi pada tahun 1909. Para Uskup, imam, dan orang Eropa yang ada di Vietnam saat itu dilukai, dikeluarkan isi perutnya, dipukuli, dan dibunuh dengan berbagai cara yang sangat mengerikan. Untuk periode yang singkat di tahun 1841 penganiayaan mulai mereda, Perancis mengancam untuk campur tangan dengan mengirimkan kapal perang.
Namun, pada tahun 1848, kaisar baru memberikan harga untuk setiap kepala para misionaris. Akibatnya, dua imam, Pastor Augustin Schoffier dan Pastor Bonnard, dipenggal kepalanya. Pada tahun 1855, penganiayaan semakin brutal, dan tahun berikutnya pembantaian besar-besaran dimulai. Ribuan orang Vietnam Kristen ikut menjadi martir, empat uskup dan dua puluh delapan imam Dominikan termasuk dalam hitungan para korban.
Diperkirakan bahwa antara tahun 1857 dan 1862, ada 115 imam pribumi, 100 biarawati pribumi, dan lebih dari 5.000 orang beriman mati syahid. Biara, gereja, dan sekolah dihancurkan dan diratakan dengan tanah, 40.000 umat Katolik di usir dari tanah mereka, diasingkan dan dibiarkan kelaparan.
Era kemartiran ini kemudian berakhir dengan damai di tahun 1862, Saigon menyerah dan harus membayar ganti rugi kepada Perancis dan Spanyol. Laporan tentang jumlah korban akibat "Pembantaian Massal" ini diperkirakan sebagai berikut :
Timur Vietnam - lima belas imam, 60 katekis, 250 biarawati, 24.000 orang awam Katolik dan perempuan. Vietnam selatan - sepuluh imam, 8.585 pria dan wanita Katolik. Tonkin Selatan - delapan misionaris Perancis, salah satu imam pribumi, 63 katekis, dan sekitar 400 lebih orang Kristen dibunuh - semua, diperkirakan 4.799 tewas dan 1.181 meninggal karena kelaparan. Sekitar 10.000 umat Katolik terpaksa mengungsi ke daerah lain. Paus Yohanes Paulus II memberikan kanonisasi kepada 117 Martir Vietnam pada tanggal 19 Juni 1988.
Sumber : uCatholic.Com
No comments