Renungan Senin, 7 November 2016; Hari Biasa Pekan XXXII
Dalam surat Paulus yang ditujukan kepada Titus termuat petunjuk bagi petugas yang berlangsung atas penggembalaannya umat. Sejak semula di Yerusalem seperti di Kreta, rasul memperhatikan organisasi jemaah, cara mengatur umat Allah. Hal ini menjadi aktual lagi di masa sekarang, sebab dengan bertambahnya jumlah umat dan berkurangnya imam, petugas di lingkungan harus diangkat untuk membina umat setempat. Para penanggung jawab kehidupan jemaat itu mengikuti kebutuhan daerah dan zaman yang berbeda-beda. Tapi setiap dari mereka diandaikan orang yang tak bercacat dalam kehidupan pribadi dan keluarga agar sesudah mengatur keluarga sendiri dapat membina keluarga Allah.
Penyesatan dengan memberi sandungan dinilai berat. Ketika Yesus merangkul anak kecil sebagai anak kesayangan-Nya, Ia melihat bahwa dalam hidupnya anak ini akan melihat contoh jahat dari orang besar, orangtua. Ia mengutuk orang yang berbuat sandungan dengan kata-kata dan perbuatan. "Adalah lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu dilemparkan ke dalam laut daripada menyesatkan salah satu dari orang-orang yang lemah ini" (ay. 2). Masyarakat kita dengan iklan, publikasi dan komunikasi jelas tidak mengindahkan hal ini. Apakah orangtua pendidik sudah menganggap tanggung jawab perlindungan atas yang kecil dan lemah itu sesuatu masalah yang cukup serius? Dalam Injil Lukas 17:1-6, Yesus sampai menunjuk pada anggota tubuh sendiri: "Bila mata kaki tangan menjadi sandungan bagimu singkirkanlah. Lebih baik cacat masuk surga daripada utuh masuk neraka."
Apa yang ditekankan oleh Yesus untuk kita? Yesus meminta pertanggungjawaban atas perbuatah jahat, misalnya jika kita menyesatkan orang. Yesus menekankan keharusan pengampunan tanpa batas. Saling mengampuni itu dasar hidup bersama, penyembuhan dan pemulihan cinta kasih, dasar kedamaian dalam hati sendiri, dalam hubungan antara saudara dalam komunitas, keluarga, juga kedamaian di antara bangsa dan negara. Saat rahmat di tahun belas kasih, kita diajak bersama Bapa Suci Fransiskus untuk saling berbelas kasih melaksanakan karya belas kasih jasmani dan rohani. Di mana pengampunan, belas kasih menjadi kunci keharmonisan dalam hidup bersama. (GBK/Inspirasi Batin 2016)
Sumber : Gereja Katolik Yang Kudus
No comments