Homili Paus Fransiskus Dalam Misa 6 Desember 2016 : Kegelapan Batin Tidak Dapat Diisi Dengan Penghiburan Dari Luar
Paus Fransiskus (catholicsun.org) |
Bacaan Ekaristi : Yes. 40:1-11; Mzm. 96:1-2,3,10ac,11-12,13; Mat. 18:12-14.
Barangsiapa yang tidak mengenal kelembutan Allah tidak mengenal ajaran kristiani. Inilah inti homili Paus Fransiskus dalam Misa harian Selasa pagi, 6 Desember 2016, di Casa Santa Marta, Vatikan. Sebuah homili yang berfokus terutama pada sosok Yudas, gambaran injili domba yang hilang.
Mengacu pada Bacaan Injil hari itu (Mat 18:12-14) yang menceritakan perumpamaan tentang domba yang hilang, Paus Fransiskus berbicara tentang bagaimana Tuhan tidak pernah berhenti mencari kita.
Menggambarkan Tuhan sebagai semacam hakim, hakim yang membelai dan penuh kelembutan, beliau mengatakan Allah melakukan segalanya untuk menyelamatkan kita.
"ia tidak datang untuk menghukum, tetapi untuk menyelamatkan", kata Paus Fransiskus, dan Ia mengasihi masing-masing dan setiap orang dari kita secara pribadi. Ia mengenal kita dengan nama dan mengasihi kita apa adanya.
Dan berbicara tentang domba yang hilang Paus Fransiskus menjelaskan bahwa domba tersebut tidak tersesat karena tidak memiliki penunjuk arah tetapi karena ia "memiliki hati yang sakit" dan sedang melarikan diri" untuk menjauh dari Tuhan dan sedang memuaskan sebuah kegelapan batin".
Dan menunjukkan bahwa Tuhan mengenal hal-hal ini dan tidak pernah lalai untuk pergi keluar dan mencari domba yang hilang, Paus Fransiskus mengatakan sikap Tuhan terhadap Yudas begitu bersifat simbolik : "Yudas adalah domba hilang yang paling sempurna dalam Injil : seorang manusia dengan hati yang getir, seseorang yang selalu memiliki sesuatu untuk mengecam orang lain, ia selalu 'terpisah'. Ia tidak tahu kemanisan yang datang dari kehidupan tanpa kesudahan kedua dengan orang lain. Ia adalah seorang yang tidak puas!", kata Paus Fransiskus.
Paus Fransiskus mengatakan bahwa oleh karena kegelapan di dalam hatinya Yudas terpisah dari kawanan. Beliau mengatakan - secara lebih umum - kegelapan itu dapat menyebabkan berjalannya kehidupan ganda : "kehidupan ganda yang, mungkin menyakitkan, menggiring banyak orang kristiani, bahkan para imam dan para uskup ...".
Menunjukkan bahwa Yudas sendiri adalah salah seorang uskup pertama, Paus Fransiskus teringat sebuah khotbah yang indah yang diberikan oleh Bapa Mazzolari yang di dalamnya ia menggambarkan Yudas sebagai domba yang hilang : "Saudara Yudas, ia berkata, apa yang sedang terjadi di dalam hatimu?". Paus Fransiskus mengatakan kita perlu mengenal domba yang hilang : masing-masing dan setiap orang dari kita memiliki sesuatu di dalam diri kita berkenaan domba yang hilang.
Paus Fransiskus melanjutkan dengan menjelaskan bahwa itu bukanlah sepenuhnya sebuah kesalahan tetapi serangan jantung yang membuat seekor domba keluyuran dan beliau mengatakan itu adalah sesuatu yang dimanfaatkan oleh setan.
Itu sama seperti dengan Yudas yang hatinya 'terbagi'. Dan akhirnya ketika Yudas melihat betapa berbahayanya kehidupan gandanya telah merusak jemaat, ketika ia melihat kejahatan yang telah ia taburkan oleh karena kegelapan di dalam hatinya yang menyebabkan ia melarikan diri, mencari terang yang bukan terang Tuhan, tetapi terang buatan seperti hiasan Natal, ia terlempar ke dalam keputusasaan.
Paus Fransiskus mengatakan bahwa Kitab Suci mengatakan kepada kita bahwa "Tuhan itu baik, Ia tidak pernah berhenti mencari domba yang hilang" dan Kitab Suci mengatakan kepada kita bahwa ketika Yudas gantung diri ia telah bertobat.
"Saya percaya bahwa Tuhan akan mengambil kata [pertobatan] itu dan membawanya bersama-Nya", beliau berkata. Dan dikatakan kepada kita bahwa tepat hingga kesudahan kasih Allah sedang bekerja di dalam jiwa itu.
Beliau mengatakan bahwa inilah pesan, kabar baik yang dibawa Natal meminta kita untuk bersukacita dengan ketulusan yang membawa bersamanya sebuah perubahan hati yang menuntun kita untuk mengambil kenyamanan di dalam Tuhan, dan bukan di dalam penghiburan 'yang lari dari kenyataan' lainnya.
Ketika Yesus menemukan domba yang hilang Ia tidak memakinya meskipun menyebabkan begitu banyak keonaran, Paus Fransiskus mengatakan, dan di Taman Zaitun Ia memanggil Yudas dengan sebutan 'sahabat'. Inilah, kata Paus Fransiskus, belaian Allah:
"Barangsiapa yang tidak mengenal belaian Tuhan tidak mengenal ajaran kristiani! Barangsiapa yang tidak membiarkan dirinya dibelai oleh Tuhan adalah hilang!", beliau berkata.
Paus Fransiskus mengakhiri homilinya dengan mengatakan bahwa penghiburan yang kita cari berada di dalam kelembutan Allah yang menyelamatkan kita dan membawa kita kembali ke pangkuan Gereja-Nya.
"Semoga Tuhan memberi kita rahmat untuk dengan tulus mengakui dosa-dosa kita ketika kita menanti Natal, ketika kita menanti kuasa Allah yang datang untuk menghibur kita dengan kelembutan", beliau berkata.
Sumber : pope-at-mass.blogspot.co.id
No comments