Orang Kudus Hari Ini : Santa Tarbula, Tarbula dari Persia
Santa Tarbula, Tarbula dari Persia |
Nama santa Tarbula disebut dalam buku-buku martyrologies, baik dari Tradisi Gereja Timur dan maupun Gereja Barat, dengan variasi yang berbeda-beda. Semua varian terdengar asing di telinga kita, mungkin karena berasal dari bahasa Persia. Ada yang menyebutnya dengan nama Pherbutha, Thermutha, Thermo, Derphuta, Tarbula dan Tharbo. Dua varian terakhir adalah yang paling dekat dengan nama Persia aslinya. Sumber utama dari kisah hidup perawan dan martir kristus ini terdapat dalam "Ecclesiastical History" yang ditulis oleh seorang sejarahwan Kristen Salminius Hermias Sozomenus (400M –450M).
Sekitar tahun 340 Sapor II, Raja Persia, Iran melancarkan penganiayaan yang kejam terhadap umat Kristen. Simeon, Uskup kota Seleukea, dibunuh dalam aksi penyaniayaan yang mengerikan itu. Beberapa waktu kemudian permaisuri raja diserang penyakit yang sangat membahayakan. Tarbula, seorang biarawati dan adik Uskup Simeon, dituduh sebagai biang keladi penyakit naas tersebut. Karenanya ia pun ditangkap. Terhadap tuduhan yang diarahkan kepadanya, Tarbula dengan tegas menyatakan bahwa ia lebih taat kepada perintah Kristus yang melarang membunuh orang. Tetapi Mereptes, hakim yang mengadilinya, tetap mempertahankan tuduhannya. Katanya: "Sesungguhnya perkara ini sudah jelas dan dapat dimengerti. Engkau bermaksud membalas kematian kakakmu dengan menimpakan penyakit berbahaya itu kepada sri ratu."
Dengan tenang Turbula menjawab: "Kakakku yang telah kamu bunuh kini hidup dalam kemuliaan suragawi bersama Kristus Tuhan kami; siksaanmu terhadap dirinya sama sekali tidak mendatangkan malapetaka apa pun atas dirinya."
Turbula seorang gadis muda yang berparas cantik. Melihat kecantikannya itu, sang hakim secara diam-diam jatuh cinta padanya dan bertekad menikahinya. Secara rahasia ia mengabarkan kepada Turbula bahwa ia akan selamat, asal saja ia mau menjadi isterinya. Mendengar hal itu Turbula dengan tegas mengatakan bahwa: "Janganlah berencana jahat terhadap aku. Aku telah menjadi mempelai Kristus, Tuhanku. Tak akan pernah aku menerima cintamu itu; bagaimanakah mungkin aku memilih kematian yang kekal hanya untuk menyelamatkan nyawaku dan hidupku yang sementara ini?" Keteguhan serta ketegasannya yang sama ini ditunjukkan pula kepada Sapor II, tatkala sang raja sendiri mengajaknya mempersembahkan kurban kepada dewa matahari.
Karena semua daya upaya mereka untuk menyesatkan dia sia-sia saja, maka Turbula bersama-sama dengan dua wanita lainnya dibawa ke panggung penyiksaan, di luar kota. Disanalah mereka dibunuh oleh kaki tangan raja dengan cara yang sangat keji dan mengerikan. Tubuh mereka digergaji sedikit demi sedikit sampai menjadi beberapa potongan yang kecil-kecil.
Referensi : katakombe.org
No comments