1 Mei Adalah Hari Buruh Internasional Yang Juga Diperingati Sebagai Pesta Santo Yusuf Pelindung Para Pekerja
Lukisan Santo Yusuf sang Tukang Kayu/Gerard van Honthorst |
Hingga sekarang, berberbagai negara mempunyai cara dan kebiasaannya sendiri dalam merayakan dan memaknai setiap tanggal 1 Mei. Di Indonesia, Hari Buruh Internasional ditetapkan sebagai hari libur nasional.
Bagaimana dengan Gereja Katolik? Mengutip katolikana.com, Gereja Katolik punya cara tersendiri dalam memeringati dan memaknai Hari Buruh Internasional. Pada tahun 1955, sebagai tanggapan atas perayaan Hari Buruh Internasional, Paus Pius XII menetapkan Pesta Santo Yusuf Sang Pekerja, hal ini juga untuk memupuk devosi yang mendalam kepada Santo Yusuf di antara umat Katolik.
Pesta ini menekankan keteladanan Santo Yusuf sebagai pekerja, baik dalam iman Katolik dan pengabdiannya. Keteladanan Santo Yusuf sebagai seorang pekerja dan untuk menyatakan kembali keikutsertaan Gereja terhadap karya penyelanggaraan Tuhan.
Paus Yohanes Paulus II pernah mengatakan bahwa Santo Yusuf adalah orang yang memiliki semangat yang besar. Dia hebat dalam iman, bukan karena dia mengucapkan kata-katanya sendiri, tetapi di atas segalanya karena dia mendengarkan firman Tuhan yang Hidup. Dia mendengarkan dengan diam. Dan hatinya tak henti-hentinya bertekun dalam kesiapan menerima Kebenaran yang terkandung dalam firman Tuhan Yang Hidup.
Belajar dari Santo Yusuf
Tidak banyak memang kisah yang menuliskan tentang Santo Yusuf dalam Kitab Suci, terutama peran Santo Yusuf setelah Yesus menjalankan karya-Nya dan pada saat hari penyaliban-Nya. Bahkan berabad-abad setelahnya pun tidak banyak kisah yang berkaitan dengan hidup dan pribadi Santo Yusuf.
Walaupun demikian, silsilah dan sejarah inti dalam kehidupan, juga peran Santo Yusuf tetap kita ketahui bersama. Seperti yang tertulis dalam Kitab Suci, Santo Yusuf memiliki garis keturunan raja Daud. Ia merupakan seorang tukang kayu yang sangat taat pada kehendak Tuhan, memiliki perilaku yang luhur budinya, dan berbelas kasih.
Ia juga seorang suami sekaligus ayah yang mencintai dengan tulus Bunda Maria dan Yesus. Sehingga kita pun bisa melihat bentuk cinta yang tulus tanpa syarat dari sosok Yusuf, yang begitu mencintai Yesus, yang mana bukan merupakan anak biologisnya.
Profil Santo Yusuf sebagai seorang tukang kayu, yang bekerja keras untuk menghidupi Keluarga Kudus. Ia adalah pelindung bagi para pekerja. Pada tahun 1891, Paus Leo XIII mengeluarkan Ensiklik Rerum Novarum yang di dalamnya merefleksikan peran Yusuf sebagai pekerja. Yesus belajar bekerja dan melayani dari sang ayah, Yusuf.
Santo Yusuf adalah pelindung banyak hal, termasuk Gereja universal, ayah, orang yang sekarat, pekerja, dan keadilan sosial. Dalam ensiklik Laborem Exercens, Paus Yohanes Paulus II menyatakan: “Gereja menganggap itu tugasnya untuk selalu memperhatikan martabat dan hak-hak mereka yang bekerja, untuk mengutuk situasi di mana martabat dan hak-hak itu dilanggar, dan untuk membantu membimbing perubahan (sosial) untuk memastikan kemajuan yang nyata untuk manusia dan masyarakat.”
Pius XII menekankan hal ini, “Roh mengalir kepadamu dan kepada semua orang dari hati Tuhan sang Juruselamat dunia. Tetapi yang pasti, tidak ada pekerja yang lebih nyata dan mendalam yang dapat dilakukan selain Yusuf, yang tinggal bersama-Nya dalam keintiman dan komunitas terdekat dalam kehidupan keluarga dan pekerjaan.
Santo Yusuf, orang suci yang pendiam ini, yang diberi tugas mulia oleh Allah Bapa untuk merawat dan menjaga Perawan Maria dan Yesus, kini berperan dalam merawat dan menjaga Gereja dan menjadi teladan bagi semua martabat pekerjaan manusia.
Gereja memberikan teladan mengagumkan kepada kita – para pekerja, yakni sosok Santo Yusuf. Kerendahan hati Santo Yusuf dan ketekunannya dalam bekerja menunjukkan sifatnya sebagai pekerja keras yang dapat dijadikan teladan oleh orang yang bekerja untuk memenuhi panggilan serta para pencari nafkah. Kita belajar dari Santo Yusuf yang begitu rajin dan menekuni pekerjaan itu.
No comments