Imam AS gunakan pengalaman perang di Vietnam untuk melayani orang lain
Msgr. Charles Fink memberi isyarat selama khotbah di Gereja Notre Dame di New York, AS. (Foto: Nicolas Castelli/notredamenhp.com) |
AMERIKA SERIKAT (OSJINDONESIA.ORG) - Lima puluh tahun setelah Amerika Serikat (AS) menarik pasukannya dari Vietnam, seorang imam dari New York mengatakan kepada OSV News bahwa pengalaman tempurnya di sana terus membentuk pelayanan pastoralnya.TEXT
“Pengalaman itu memberi saya simpati atas kehancuran orang dan kesulitan yang harus mereka hadapi dalam hidup mereka,” kata Msgr. Charles Fink, seorang imam purnakarya dari Keuskupan Rockville Center, New York, sekarang tinggal di Paroki Notre Dame di New York.
“Pengalaman itu memberi saya rasa persahabatan dengan orang-orang yang saya layani, persaudaraan,” katanya.
Setelah lulus tahun 1968 dari St. John’s University di New York, Msgr. Fink menjalani tur selama 21 bulan di Vietnam, pertama sebagai spesialis Angkatan Darat dan kemudian sebagai sersan di Brigade Infanteri ke-199, yang menerima Purple Heart atas pengabdiannya.
Penempatannya bertepatan dengan puncak kehadiran militer AS dalam konflik (1954-1975), di mana pemerintah komunis Vietnam Utara berusaha mendominasi pemerintah Vietnam Selatan yang bersekutu dengan AS.
Di tengah ketakutan Perang Dingin akan ekspansi komunis, kehadiran pasukan militer AS di Vietnam Selatan meningkat selama tahun 1950-an hingga awal 1960-an.
Empat tahun kemudian, Presiden Richard M. Nixon mulai menarik pasukan AS — yang berjumlah lebih dari 500.000 orang — sebagai tanggapan atas tuntutan domestik AS, dan tahun 1975 staf diplomatik AS yang tersisa dievakuasi saat Saigon jatuh ke tangan pasukan Vietnam Utara.
Di belahan dunia lain, jauh dari kursus filosofi perguruan tinggi yang telah membawanya ke dalam persekutuan penuh dengan Gereja Katolik, Charles Fink turun dari pesawat militer dan dengan cepat mempelajari pelajaran tentang kehidupan, kematian, dan bertahan hidup.
Dia menyaksikan pemimpin pasukannya yang berusia 19 tahun Claude Van Andel, yang telah bertukar posisi dengannya dalam patroli, tewas oleh ranjau darat.
“Sejak saat itu saya terus berdoa rosario,” katanya. “Saya berdoa setiap hari.”
“Jika saya benar-benar berpikir semuanya tidak adil dan berdosa, saya tidak akan pergi; saya akan menolak. Tapi, bukan itu masalahnya. … Kami diundang untuk datang, menyelamatkan rakyat Vietnam Selatan.”
“Saya masih merasa bahwa pengabaian kami terhadap orang-orang di Vietnam adalah tindakan amoral,” katanya, seraya menambahkan “maksud saya bukan hanya dalam artian menarik pasukan. Kami mendukung mereka secara finansial dan senjata, dan pada titik tertentu, kami memutuskan untuk pergi.”
Msgr. Fink mengatakan dia kembali ke rumah dan ingin menjauhkan diri dari perang secepat mungkin.
Tapi, Fink, yang masuk seminari setelah menyelesaikan pascasarjana di The Catholic University of America, segera menemukan dirinya untuk berbicara.
Mendengarkan presentasi di seminari oleh aktivis anti-perang dan mantan biarawati, Elizabeth McAlister, Msgr. Fink merasa terganggu mendengar pasukan AS dicap sebagai pelanggar moral.
“Penjelasan (McAlister) sangat distorsi dan bias,” katanya. “Saya adalah satu-satunya yang pernah mengalami perang secara langsung.”
Dia menulis puisi “Bury Me With Soldiers,” memuji tentara yang “tidak menginginkan perang”, tetapi bertempur dengan mulia dan “meskipun takut … menghadapi senjata dan kematian.”
Msgr. Fink mengatakan kepada OSV News bahwa pengalaman perangnya telah membantunya melayani orang lain dengan rasa belas asih yang lebih dalam atas luka batin mereka, apakah mereka bergumul dengan cedera moral, kesedihan, atau trauma lainnya.
Sambil menunjuk pada penyembuhan dan pengampunan yang Yesus Kristus berikan secara cuma-cuma, Msgr. Fink juga memperingatkan melalui pemulihan dari rasa sakit.
“Anda dapat menghilangkan rasa sakit hanya dengan membuat orang menerima hal-hal yang tidak dapat mereka uba,” katanya.
“Biarkan itu mengajari Anda dan mengubah Anda menjadi lebih baik. Ini bukan surga, tetapi hal-hal ini dapat membantu Anda untuk sampai ke surga jika Anda belajar dari-Nya.”
Sumber : indonesia.ucanews.com
No comments