Warta Gereja

Kontes kecantikan di Filipina dituduh nodai ‘Bayi Yesus’

Seorang peserta kontes kecantikan asal Filipina, Joy Dacoron, mengenakan kostum seperti pakaian Santo Niño de Cebu (Anak Yesus dari Cebu) dan berfoto di depan tempat suci itu.

FILIPINA (OSJINDONESIA.ORG) - Seorang peserta kontes kecantikan asal Filipina mendapat kecaman dari umat Katolik karena ia mengenakan kostum seperti pakaian Santo Niño de Cebu (Anak Yesus dari Cebu), yang dikenal sebagai simbol utama agama Katolik di negara tersebut.

Joy Dacoron, 27, mengenakan pakaian berwarna merah Santo Niño dengan hiasan emas saat putaran seleksi kompetisi Miss Universe di Pulau Cebu pada 18 Mei.

Ia juga mengenakan mahkota dan memegang tongkat kerajaan seperti gambar Santo Niño.

Dia mengambil foto di dalam dan di depan pelataran Santo Niño, salah satu tempat suci paling populer di negara itu, dan mempostingnya di media sosial, memicu reaksi marah dari umat setempat.

Dacoron membela pilihan kostumnya, dengan mengatakan dia ingin menunjukkan religiusitas dan keyakinan orang Cebu.

“Señor Sto Niño de Cebu adalah sumber inspirasi dan kekuatan bagi banyak umat Katolik. Saya salah satunya,” kata Dacoron dalam konferensi pers pada 18 Mei.

Penjelajah Portugis Ferdinand Magellan membawa gambar itu dari Spanyol sebagai hadiah kepada Raja Jumabon, istri kepala suku pulau itu.

Seorang uskup menyebut tindakan Dacoron “menodai” citra ikon agama yang popular itu.

“Ini adalah sebuah penodaan! Uskup Agung, para rohaniwan, serta para biarawan dan biarawati di Cebu harus memprotes secara terbuka terhadap penodaan Santo Niño ini,” kata Uskup Emeritus Arturo Bastes kepada UCA News.

Prelatus itu mengatakan umat Katolik tidak boleh membiarkan acara itu berlalu tanpa menghukum mereka yang bertanggung jawab.

“Sungguh tidak dapat dipercaya bahwa tindakan yang dipertotonkan kepada publik tanpa dihukum,” tambah prelatus itu.

Kelompok pemuda Katolik, Kabataan para sa Santo Niño (Pemuda untuk Anak Yesus) di Cebu mengatakan Dacoron seharusnya lebih berhati-hati dalam memilih kostumnya karena pakaian Santo Niño itu suci bagi umat Katolik Filipina.

“Jelas ada kurangnya kehati-hatian di sini. Dia (Dacoron) seharusnya lebih berhati-hati karena ikon atau artefak keagamaan tidak boleh direduksi menjadi kostum.

Mereka mewujudkan keyakinan kami, ya, tetapi tidak untuk direduksi sebagai kostum,” kata Karlo Clotero, 28, ketua kelompok itu, kepada UCA News.

Clotero mengatakan mereka mengirim surat protes kepada penyelenggara kontes karena mengizinkan Dacoron mengenakan kostum itu.

Seorang anggota kelompok Katolik konservatif, Opus Dei, mengatakan tindakan itu tidak memiliki “kedewasaan dalam iman.”

“Ini sangat disayangkan dan merupakan indikasi dari kurangnya kedewasaan iman kita. Orang Filipina semakin bingung antara ikon agama dan budaya. Yesus, Maria dan devosi kita kepada mereka tidak dapat direduksi menjadi ekspresi budaya dan alam karena itu adalah ekspresi iman yang universal dan supranatural,” kata Maribel Balinas, anggota Opus Dei, kepada UCA News.

Balinas mengatakan pendidikan penting untuk mencerahkan umat Katolik Filipina tentang apa artinya menjadi “berseni.”

“Kita perlu mengintensifkan upaya kita untuk mencerahkan dan mencegah kebingungan lebih lanjut,” tambahnya.

Uskup Auksilier Ruben Labajo, uskup keuskupan Cebu membantah bahwa dia mengizinkan Dacoron meniru kostum Santo Niño dalam kontes kecantikan.

“Permintaan Joy adalah mengambil fotonya dengan salah satu gereja sebagai latar belakangnya. Kreativitas harus dipasangkan dengan refleksi dari Roh Kudus… Ada kebutuhan untuk menghormati budaya dan agama,” kata Uskup Labajo dalam konferensi pers pada 18 Mei.

Prelatus itu juga mengatakan para penjaga patung itu – para biarawan Ordo Santo Agustinus – tidak mengetahui gambar itu sampai gambar-gambar Dacaron menjadi viral di dunia maya.

“Baik para biarawan Agustinian tidak diberi tahu bahwa Dacoron akan menggunakan jubah yang mirip dalam foto,” tambah prelatus Cebu itu.

Sumber : indonesia.ucanews.com

No comments