Umat Katolik di China mengikuti ajaran kepausan, kata kardinal
Umat Katolik di China bernyanyi dalam Misa untuk menandai kenaikan Yesus Kristus di sebuah gereja Katolik di Tianjin, di China utara pada 24 Mei 2015. (Foto: AFP) |
CHINA (OSJINDONESIA.ORG) - Umat Katolik di China mengetahui bagaimana menghargai ajaran kepausan, kata Kardinal Luis Antonio Tagle.
Dengan “cinta, kasih sayang, dan kedekatan,” umat Katolik China “mengikuti saran dan indikasi pastoral yang datang kepada mereka dari Gereja Katolik Roma dan uskupnya,” kata kardinal, yang merupakan pro-prefek Dikasteri untuk Evangelisasi untuk “penginjilan pertama dan Gereja partikular baru,” di wilayah misi Gereja.
Kardinal, yang kakek dari pihak ibu dari China bermigrasi ke Filipina, berbicara pada 13 Mei di markas besar jurnal Jesuit La Civiltà Cattolica di Roma untuk presentasi buku dalam Bahasa Mandarin oleh Pastor Antonio Spadaro, direktur jurnal itu.
Buku berjudul “The Magisterium of Pope Francis: A Guide to Reading His Encyclicals and Apostolic Exhortations,” merupakan kumpulan refleksi atas tiga ensiklik dan lima himbauan apostolik Paus Fransiskus. Buku itu dapat diunduh secara gratis dari situs web La Civiltà Cattolica edisi Bahasa Mandarin di gjwm.org.
Dalam ceramahnya, Kardinal Tagle mengatakan dia yakin buku itu “akan diterima dengan rasa terima kasih yang begitu besar di China” karena “cinta, kasih sayang dan kedekatan komunitas Katolik di China mengikuti saran dan indikasi pastoral yang datang kepada mereka dari Gereja Katolik Roma dan uskupnya.”
“Banyak laporan tentang Gereja di China yang diterbitkan oleh Fides,” kantor berita dari Serikat Misi Kepausan, “menunjukkan bagaimana, setidaknya selama 20 tahun, paroki-paroki di China telah melakukan perjalanan harian mereka, selalu mengikuti saran dan pedoman magisterium sebagai penerus Petrus.”
“Bagi mereka itu adalah anugerah dan tanda persekutuan dengan Gereja universal. Dan mereka sering memanfaatkan anugerah ini dengan cara yang kreatif dan kontekstual,” katanya.
“Di China, ada seluruh jaringan doa, liturgi, katekese, dan prakarsa pastoral yang hidup secara langsung yang diilhami oleh magisterium,” katanya.
“Ini adalah realitas iman yang hidup dan intens, yang hidup dan mengungkapkan persekutuan iman sehari-hari dengan penerus Petrus dan seluruh Gereja universal, bahkan jika umumnya diabaikan oleh media ketika mereka berbicara tentang Katolik China.”
Kardinal Tagle memberikan banyak contoh prakarsa yang dilakukan di paroki-paroki di China selama masa kepausan Paus Johanes Paulus II, Paus Benediktus XVI dan Paus Fransiskus untuk “mendokumentasikan bagaimana referensi ke magisterium kepausan adalah makanan sehari-hari dari kehidupan pastoral umat Katolik di paroki dan keuskupan di China.”
Buku baru itu “merupakan hadiah yang juga akan dapat meneguhkan dan memperkuat kasih sayang khusus yang mengikat Paus Fransiskus kepada umat Katolik China dan kepada semua orang China,” katanya, mengutip pesan paus kepada umat Katolik di China tahun 2018.
Dalam pesan tersebut, paus mengucap syukur atas iman mereka, yang “ditandai dengan pengalaman kemartiran” dan merupakan “harta karun Gereja di China dan semua umat Allah peziarah di bumi.”
Kardinal Tagle mengatakan buku itu juga harus “layak untuk kepentingan khusus” bagi warga China yang bukan Kristen.
Ajaran Paus Fransiskus menawarkan saran pastoral dan spiritual dan “kata-kata bijak, bahkan dalam menghadapi masalah, pencobaan dan penderitaan yang mempengaruhi seluruh keluarga manusia,” katanya.
“Semua ini mendapat resonansi besar dalam kondisi umat Katolik di China saat ini,” dan banyak masalah yang dibahas paus “juga memengaruhi kehidupan konkret rekan senegaranya, yang berbagi harapan dan keprihatinan masyarakat di China.”
Sumber : indonesia.ucanews.com
No comments