Warta Gereja

Santo Joseph Marello, Pendiri Oblat Santo Yosef (OSJ)


Santo Joseph Marello

Joseph Marello lahir di Turin pada tanggal 26 Desember 1844. Orang tuanya adalah Vincent Marello, dan Anna Maria Viale dari Veneria Reale.

Ia dibaptis pada hari yang sama dengan hari kelahirannya di paroki Corpus Domini di Bakers Street. Dia diberi nama Joseph Jeffrey Steven. Jeffrey Viale dan Theresa Secco yang menjadi wali baptis nya saat itu.

Salah satu bagian yang paling menyedihkan dari masa kecilnya adalah kematian ibunya yang terlalu cepat. Saat itulah sang ayah, mengandalkan kekuatan yang datang dari iman, ia mengambil alih untuk mengurus kedua anak mereka. Ayah Joseph kemudian memutuskan untuk pindah bersama dengan kedua anaknya ke rumah kakek-nenek mereka di San Martino Alfieri, agar Joseph dan adiknya, Vittorio, tidak terlalu menderita kesepian dan mengalami kekosongan batin semenjak ditinggalkan ibu mereka.

Di San Martino Alfieri, Joseph merupakan pribadi yang sangat peduli kepada mereka yang membutuhkan. Bahkan sebagai seorang remaja, ia lebih sering memberikan miliknya sendiri dan mengundang para tunawisma yang lapar untuk makan bersama di meja makan rumah mereka. Pada tahun-tahun awal, ia sangat setia kepada tugas agama dan selalu bersemangat untuk membantu pastor paroki, terutama dengan melayani gereja sebagai putra altar. Disaat-saat itulah ia mulai menyadari bahwa ia juga sedang dipanggil untuk tugas imamat.

Karena melihat perilaku baik anaknya dan nilai Joseph yang selalu bagus disekolah, ayahnya membalasnya dengan mengajaknya ikut dalam perjalanan ke Savona. Disitulah untuk pertama kalinya Joseph melihat lautan dan kuil Bunda Kita Bunda Pengasih. Disaat itulah ia membuat keputusan yang akan mengubah seluruh hidupnya di kemudian hari.

Pada tanggal 9 November 1856, Joseph Marello memulai kehidupannya sebagai seorang seminaris di Seminari Deosesan, Asti. Namun perang antara Piedmont dan Austria pecah pada bulan April 1859 dan seminari diubah menjadi barak militer. Pada tahun 1859, tepatnya pada tahun keempat masa belajarnya di seminari, Joseph bersama dengan teman-temannya terpaksa harus berdiam dan menginap dengan keluarga yang baik hati yang ada di kota itu, sambil terus mengikuti pelajaran yang terpaksa di adakan di sebuah ruangan arsip.

Ketika liburan tiba, ayah Joseph membujuknya untuk meninggalkan seminari dan masuk perguruan tinggi bisnis. Ia selalu patuh dan taat; dalam hatinya yang paling dalam ia tidak ingin melawan ayahnya, apalagi menentangnya. Pemuda itu mulai mengalami pergolakan batin antara harus mengikuti kenginan ayahnya atau mengikuti hati nuraninya sendiri. Joseph selalu melewati hari-harinya dengan seringkali berdiam diri dan merenung; ia begitu prihatin ketika mengingat kehidupannya di seminari, dan berdoa kepada Tuhan agar memberinya keberanian untuk dapat melewati badai kehidupan itu.

Meskipun hatinya sedih, ia selalu berhati-hati dan selalu berusaha tampak bahagia di hadapan ayahnya, tentu saja agar ayahnya tidak kecewa dan sedih. Ayahnya bersikeras pada rencananya, sehingga pada akhirnya Joseph menyerah. Dia menulis surat kepada superior dan memberitahu pastor pembimbingnya bahwa ia begitu sedih, hanya karena harus mengikuti keinginan ayahnya maka studinya di seminari menjadi terganggu.

Dengan berat hati, akhirnya Joseph memutuskan pergi ke Turin untuk belajar. Dia terdaftar dalam kursus studi untuk menjadi seorang surveyor. Seperti semua kaum muda di usianya, dia begitu antusias pada perjuangan Risorgimento, yaitu sebuah gerakan politik untuk penyatuan dan kemerdekaan Italia. Dia sempat bermimpi untuk aktif dalam bidang jurnalisme dan politik.

Namun, jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, bagaimanapun juga, dia tetap merasa tidak tenang. Baginya kehidupan di dunia ini tidaklah mudah : visinya tentang komitmen politik dan sosial mungkin saja mampu memenuhi tantangan zaman, namun berdasarkan pengalamannya sendiri tentang bebagai ambisi sinis dan tak terkendali dari orang-orang yang mengambil keuntungan dari situasi penderitaan, atau idealisme orang lain, semata-mata hanyalah untuk kepentingan dan keuntungan mereka sendiri. Dia juga melihat banyak kaum muda meninggalkan kesadaran mereka sendiri dan hanya tertarik pada keterwakilan; dan hal itu membuat Joseph memahami bahaya dan kerusakan yang akan terjadi.

Pergolakan batin ini terus berlangsung bahkan mendorongnya untuk bertanya kepada dirinya sendiri apakah ia harus kembali ke seminari atau tidak. Pada bulan Desember tahun 1863, ia jatuh sakit dan mengalami tifoid, kondisinya memburuk ke titik paling bawah sehingga mereka khawatir akan hidupnya. Demam tifoid yang diteritanya sempat membuat ia mengigau seperti melihat sebuah jubah. Bersama dengan dia, ayah dan keluarganya berdoa kepada Bunda Maria, Bunda Penghiburan, untuk mendapatkan anugerah penyembuhan. Joseph mendengar seperti ada suara di dalam dirinya yang mengatakan: "Jika Kamu kembali ke Seminari Kamu akan sembuh". Ia mengatakan hal itu kepada ayahnya yang setuju sepenuh hati asalkan ia kembali sembuh.

Beberapa hari kemudian, Joseph benar-benar sembuh, bahkan ia tidak memerlukan masa pemulihan yang panjang seperti jenis demam lainnya. Ia berbicara kepada Pastor serta menghubungi Pemimpin Seminari, dan akhirnya di awal Februari tahun 1864, pada usia delapan belas tahun, ia kembali lagi ke Seminari di Asti.

Sekali lagi, seminari telah kembali menjadi rumahnya; studi, doa dan berada bersama teman-temannya. Hal ini adalah sukacita terbesar di dalam hidupnya. Dia merasa seperti orang yang telah lolos dari bahaya besar: sekarang ia ingin benar-benar mendedikasikan hidupnya untuk kembali menemukan panggilan, memperbesar kembali cintanya kepada Allah, dan memberikan kendali yang bebas untuk menunjukkan rasa terima kasih kepada ibunya di surga.

Disaat tahun teologi hampir berakhir, Joseph merasa sangat gembira untuk mencapai imamat yang telah ia cita-citakan begitu lama. Kualitas persiapan ditunjukkannya dengan mudah dengan hasil: sebagai seorang imam yang sangat baik dan seorang uskup yang kudus. Kemudian Joseph ditahbiskan di Asti melalui tangan Uskup Carlo Savio; mencukur ubun-ubunnya dan memberikan empat tahbisan kecil pada tanggal 21 Desember 1867; sub-diakon pada tanggal 28 Maret 1868; dan diakon pada tanggal 6 Juni di tahun yang sama. Dan pada akhirnya ia ditahbiskan menjadi imam penuh pada tanggal 19 September 1868. Ia merayakan Misa pertamanya di kota kelahirannya, dan yang kedua di kuil kecil Vallone Antignano di dekat kota Asti, yang didedikasikannya untuk Bunda Maria Sang Penebus.

Setelah ditahbiskan, Pastor Joseph muda ditunjuk sebagai sekretaris Uskup Carlo Savio. Dan ia memegang jabatan ini selama 13 tahun.

Melalui Uskup Savio inilah , Pastor Joseph hidup dengan pengalaman baru dan penting. Dari dialah Pastor Joseph belajar tentang sumber kekuatan yang tak pernah habis dan hal itu memberikan semangat kepada dirinya sendiri, ketenangan dalam menghadapi segala macam masalah dan kesulitan, dan pengetahuan tentang bagaimana memperlakukan semua orang dengan baik, terutama mereka yang menderita. Melalui cara pandang yang kebapakkan itulah, Pastor Joseph tidak hanya dapat menyelesaikan tugasnya dengan penuh dedikasi dan kecakapan, tetapi ia juga belajar untuk mentransformasikan hal tersebut menjadi buah-buah kerasulan baru.

Pengalaman yang paling penting adalah ketika ia ikut berpartisipasi bersama Uskup di Konsili Vatikan Pertama. Saat itu Pastor Joseph selalu ingin mengunjungi Kota Abadi, Gereja dan tempat tinggal Paus; dan tentu saja kasihnya kepada Paus telah dikenal banyak orang.

Mereka pergi ke Roma pada tanggal 21 November1869 dan pada tanggal 8 Desember, di hadapan 700 Uskup dari seluruh dunia, mereka berdua hadir pada upacara penuh khidmat dimana Pius IX secara resmi membuka Konsili.

Pastor Joseph ketika itu memiliki keinginan menjadi seorang pastor biara. Dia ingin bergabung dengan Ordo Kartusian, sebuah ordo kontemplatif yang dididirikan oleh Santo Bruno. Namun, Uskup Savio membujuknya dan secara profetis mengatakan kepadanya bahwa Tuhan memiliki keinginan lain bagi dirinya.

Tuhan telah mempersiapkan hamba-Nya yang setia dan Ia telah menemukannya untuk segera melakukan pekerjaan-Nya, dan Tuhan ingin mempercaya hal itu kepadanya. Ketika itu Marello telah menjadi imam selama sepuluh tahun sebelum pada akhirnya Tuhan berkenan memperkenalkan kehendak-Nya kepadanya, dengan mengilhami dia untuk menemukan kongregasi baru yang tujuan utamanya adalah untuk menghormati Santo Yosef dan meniru kebajikannya, membentuk cara hidup mereka sendiri sebagai kepala keluarga yang miskin, rendah hati, dan tersembunyi dari kehidupan.

Pada tanggal 14 Maret 1878, ia membawa komunitas pertamanya, dan menyebut mereka sebagai "Persaudaraan Santo Yosef." George Medico, Peter Biamino, Joseph Rey dan Vincent Franco adalah nama-nama yang pertama di dalam "persaudaraan kecil" itu, mereka masuk ke dalam rumah Santo Yosef yang sederhana. Karya pertama mereka termasuk melakukan perawatan kepada para orang tua, orang cacat, dan membentuk sebuah panti asuhan untuk anak laki-laki.

Suatu pagi, menjelang akhir November, di tahun 1888, tidak seperti biasanya, kira-kira pukul sepuluh pagi, Pastor Joseph kembali ke Sta. Chiara. Dengan sedikit melamun, ia memanggil para imam dan memberitahukan kepada mereka bahwa Roma telah mengkomunikasikan pengangkatannya sebagai uskup Acqui. Berita itu seperti cahaya petir yang menyalakan reaksi ganda dalam setiap hati, penuh sukacita sekaligus melankolis: sukacita untuk kehormatan besar yang Paus berikan karena telah mengangkat ayah sekaligus pendiri persaudaraan, dan melankolis karena ia harus meninggalkan mereka.

Paus Leo XIII telah mengumumkan bahwa pada tanggal 11 Februari 1889 dalam pertemuan konsistori akan disampaikan nama-nama uskup baru sekaligus mempersiapkan jubah yang yang akan mereka pergunakan. Hal itu diperlukan sebagai persiapan untuk perjalanan mereka ke Roma. Para penjahit persaudaraan memberi perhatian besar dalam mempersiapkan jubah para uskup, dan pada awal Februari Uskup terpilih Marello bersama-sama dengan Mgr. Torchio, dekan San Martino Alfieri, berangkat ke kota abadi.

Ia ditahbiskan sebagai uskup pada 17 Februari 1889, di Capuchin Fathers’ Church of the Conception. Sebagai ketua adalah Kardinal Raphael Monako La Valletta, dekan Sacred College dan lembaga besar pemasyarakatan, dibantu oleh Yang Mulia uskup agung Rocco Cocchia, sebagai Ordinari Chieta, dan Ignatius Persico, tituler Damiata.

Paus yakin bahwa ia telah memberikan Keuskupan Acqui "mutiara dari seorang uskup" yang nyata. Dan tentu saja sebagai Uskup Acqui, Mgr. Marello dapat mengunjungi semua paroki dan menulis enam surat pastoral. Dalam kegiatan pastoral, ia mempromosikan katekese, pendidikan Katolik bagi kaum muda, misi paroki dan kesaksian Katolik.

Pada bulan Mei 1895, sedang berlangsung peringatan tiga abad kematian rasul Roma, Santo Filipus Neri. Para imam Calasanzian, memiliki sebuah gereja di Savona dan didedikasikan untuk pendidik kaum muda ini. Mereka mengundang Uskup Marello untuk menghadiri festival yang jatuh pada hari Minggu tahun itu. Selalu siap untuk melayani keinginan tersebut, pendiri kami (Persaudaraan Santo Yosef) terus mempertahankan komitmen yang ia buat telah dibuat jauh sebelumnya, dan meskipun kesehatannya yang buruk, ia tetap pergi ke Savona dan para imam Calasanzian menerimanya dengan penuh sukacita.

Ia menghabiskan malam tanpa tidur, dan ia bangun dengan sangat lemah di pagi hari. Akan tetapi, pada jam 7:30 ia tetap merayakan Misa yang dihadiri oleh banyak orang. Setelah pelayanan, ia memutuskan untuk tetap tinggal demi menghadiri Misa lain sebagai ucapan syukur. Dan tepat pada saat konsekrasi, sementara sedang membungkuk saat adorasi, ia secara perlahaan jatuh pingsan sehingga kepalanya jatuh di tempat berlutut untuk beberapa waktu. Sekretarisnya yang baik hati menyadari hal itu dan membantunya berdiri dan masuk ke dalam sakristi. Dengan sedikit penyegaran ia tampak agak pulih. Siang harinya ia bahkan sempat bercanda tentang kejadian tersebut, ia mengatakan: "Siapa yang tahu apa yang orang Savona katakan ketika melihat saya di dalam posisi seperti itu. Mereka pasti berkata di antara mereka: "Lihatlah bagaimana cara hormat uskup Acqui-ia seperti membuat sebuah lengkungan busur!"

Pada pukul 10.30 saat sedang memimpin misa secara pontifikal dalam nyanyian penuh khidmat yang dirayakan oleh vikjen, Mgr. Rosselli, ia memohon untuk alasan pribadi dan hanya menyampaikan berkat sebanyak tiga kali dari Sakramen Mahakudus di sore hari setelah kebaktian.

Saat itu ia merasa benar-benar lelah, namun ia selalu tenang dan penuh dengan ekspresi bahagia, begitulah ia sehingga para imam Calasanzian yang baik sangat bersukacita dengan keberadaaannya diantara mereka, dan mereka merasa semakin diteguhkan oleh pengabdiannya. Pendiri kami, Mgr. Joseph Marello, tidak ingin meninggalkan Savona tanpa membayar rasa hormat kepada Uskup Joseph Boraggini, yang saat itu sedang tidak berada di keuskupan. Karena itulah ia memutuskan untuk memanfaatkan waktu sembari menunggu kedatangan Uskup Joseph Boraggini dengan melakukan ziarah ke kuil Bunda Kita Bunda Pengasih.

Saat kembali ke kota, ia mengunjungi uskup Savona itu yang tetap bersikeras mengajaknya makan bersama di mejanya. Meskipun agak berat hati, Uskup Marello tetap menerima ajakan tersebut; tapi saat memasuki kamar Pius VII, ia pingsan dan harus dibawa ke tempat tidur. Hari itu Senin. Penyakitnya belum tampak serius, dan sekretarisnya hanya mengirim telegram kepada vikjen, Mgr. Pagella, bahwa karena terjadi penyakit ringan, uskup akan menunda kembali ke Acqui selama beberapa hari.

Pada Kamis pagi, Canon Peloso berpikir bahwa kesehatan Uskup Marello tampak semakin memburuk dan mengirim telegram kepada Mgr. Pagella bahwa perjalanan ditunda kembali dan apabila perlu ia harus datang ke Savona jika memang memungkinkan. Pada pukul 4:30 sore hari keadaannya semakin memburuk. Dengan kesulitannya ia mengucapkan beberapa kata-kata yang kacau dan sangat membingungkan. Canon Peloso berpikir bahwa ini mungkin akibat dari obat yang diberikan kepadanya. Tentu saja itu bukan sebuah pengumuman dari kematiannya yang semakin dekat.

Melihat kondisinya seperti itu, Mgr. Pagella cepat menyadari bahwa hal ini sangat serius. Ia dilanda kesedihan, dan ia mengatakan kepada mereka yang hadir bahwa tidak ada harapan lagi bahwa uskup kita sedang mendekati ajalnya. Mendengar kata-kata itu sang sekretaris merasakan kesedihan yang begitu mendalam. Sementara itu Mgr. Pagella kembali ke dalam kamar untuk menemani Uskup Marello yang tercinta itu di pembaringannya.

Penyakitnya semakin cepat memburuk, dan ia bahkan tidak bisa diberikan viaticum, yaitu ekaristi yang diberikan kepada seseorang dekat atau dalam bahaya kematian, tetapi mereka hanya memberinya urapan terakhir. Pada hari Kamis, 30 Mei 1895, jam enam sore, ia dengan damai dan penuh percaya menghembuskan nafas terakhir di dalam pelukan Tuhan. Berita itu tersiar sampai kepada persaudaraan Santo Yosef di Asti dan mereka berkumpul bersama Pastor Giovanni Cortona, setelah berkah malam, mereka mendengarkan berita yang menyakitkan dari telegram yang baru saja tiba: "Uskup kita yang tercinta kini telah tiada", dan mereka tidak bisa menahan air mata dan larut di dalam kesedihan.

Mgr. Joseph Marello hidup selama lima puluh tahun, lima bulan dan lima hari. Dan pada tanggal 12 Juni 1978, Paus Paulus VI menghormati Joseph Marello dengan menyebutnya sebagai "Yang Mulia". Ini adalah langkah besar pertama dalam proses menuju ke arah kanonisasi dan pengakuan Joseph Marello sebagai ikon suci Gereja. Dengan memanggil Joseph Marello "Yang Mulia", Gereja telah dikonfirmasi di dalam satu kata yang mana semua orang akan mengenalnya - yaitu, bahwa ia adalah orang yang sangat suci dan bahwa karyanya, pelayanannya, harus terus dilakukan untuk kebaikan Gereja, dan tentu saja untuk kebaikan jiwa.

Langkah berikutnya dalam proses menuju kanonisasi adalah bagian yang sangat penting: Gereja harus mengakui bahwa keajaiban telah terjadi melalui perantaraan langsung Joseph Marello ini. Setelah bertahun-tahun melakukan studi dengan cermat, akhirnya pengakuan ini datang pada tanggal 2 April 1993. Penyembuhan mukjizat benar-benar telah terjadi pada tahun 1944 ketika seorang seminaris OMI muda, Aldo Falconetti, sembuh dari meningitis TBC. Sementara ia berbaring di tempat tidurnya yang secara harfiah sekarat, dokter yang hadir pada saat itu menyarankan bahwa seminaris muda tersebut segera diberi Ritus terakhir Gereja; ia tidak dapat diharapkan untuk bertahan hidup sepanjang malam. Saudara-saudara Aldo para oblat telah meminta Joseph Marello untuk berdoa bagi saudara mereka yang sakit dan memohon agar Aldo diberikan sebuah kartu suci dan peninggalan Pendiri (Persaudaraan Santo Yosef). Keesokan paginya Aldo terbangun dan merasa baik-baik saja. Setelah dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh, ia dinyatakan benar-benar sembuh dan dokter memeriksa mengakui bahwa mereka tidak memiliki penjelasan apapun bagaimana hal itu bisa terjadi.

Gereja telah mengakui peran Joseph Marello dalam mujizat ini dan sebagai hasilnya Paus Yohanes Paulus II, pada tanggal 26 September 1993, menyatakan bahwa Pendiri Oblat Santo Yosef ini disebut sebagai "Joseph Marello Yang Diberkati".

Dan inilah berita yang paling indah dari semuanya! Pada hari Minggu, tepatnya tanggal 25 November 2001, pada saat perayaan Hari Raya Kristus Raja, jam 09:30, Paus merayakan Misa di Basilika Vatikan di mana Joseph Morello dikanonisasi sebagai Giuseppe Marello. Dan Santo Joseph Marello sekarang dipersembahkan untuk seluruh Gereja sebagai model kesucian dan syafaat di Surga. Ia diberi gelar "Rasul Kaum Muda, Bapa Kaum Miskin".

S. Karimawatn