Setiap kali mengikuti misa, ada pemandangan rutin yang selalu kita lihat, yaitu aktivitas Imam di altar yang dibantu oleh para misdinar. Dalam melakukan aktivitasnnya selama memimpin Ekaristi, begitu banyak peralatan dan perlengkapan yang dilibatkan (perlatan dan perlengkapan misa).
Bagi kita yang pernah atau masih menjadi misdinar, peralatan misa ini tentunya sudah begitu akrab dan paling tidak kita tahu nama-namanya. Namun tidak sedikit juga diantara kita yang tidak tahu bahkan masih bingung dengan nama serta keguanaan dari peralatan tersebut. Untuk itu dalam posting kali ini, saatnya kita berbagi soal peralatan misa satu persatu sekalian dengan gambar agar lebih jelas.
Bejana-bejana Suci adalah perangkat dan wadah yang dipergunakan dalam perayaan-perayaan liturgis. Dalam Ritus Latin bejana-bejana suci itu ialah piala, patena, sibori, piksis, monstrans - lunulla (jepitan untuk Sakramen Maha Kudus) - custodia (rumah kaca Sakramen Maha Kudus), yang bersentuhan langsung dengan Sakramen Mahakudus. Bejana-bejana lain yang dipergunakan dalam liturgi adalah ampul, lavabo, turibulum, navikula dan aspergil. Segala perangkat liturgis ini wajib diperlakukan dengan hormat.
1. PIALA
Piala dalam bahasa Latin disebut “calix” yang berarti “cawan”, adalah yang tersuci di antara segala bejana. Piala adalah cawan yang menjadi wadah anggur untuk dikonsekrasikan, dan sesudah konsekrasi menjadi wadah Darah Mahasuci Kristus. Piala harus dibuat dari logam mulia.
Piala melambangkan cawan yang dipergunakan Tuhan kita pada Perjamuan Malam Terakhir di mana Ia untuk pertama kalinya mempersembahkan Darah-Nya; piala melambangkan cawan Sengsara Kristus (“Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku,” Mrk 14:36); dan yang terakhir, piala melambangkan Hati Yesus, dari mana mengalirlah Darah-Nya demi penebusan kita.
Beberapa contoh gambar Piala
2. PURIFIKATORIUM
Purifikatorium berasal dari bahasa Latin “purificatorium”, adalah sehelai kain lenan putih berbentuk segi empat untuk membersihkan piala, sibori dan patena. Sesudah dipergunakan, purifikatorium dilipat tiga memanjang dan diletakkan di atas piala.
Beberapa contoh gambar Purifikator
3. PATENA
Patena berasal dari bahasa Latin yang artinya “piring”. Patena, yang sekarang berbentuk bundar, datar, dan dirancang untuk roti pemimpin Perayaan Ekaristi, aslinya sungguh sebuah piring. Dengan munculnya roti-roti kecil yang dibuat khusus untuk umat yang biasanya disimpan dalam sibori, fungsi dari patena sebagai piring menghilang.
Maka bentuknya menjadi lebih kecil (Sejak abad 11). Menurut PUMR 2000, "untuk konsekrasi hosti, sebaiknya digunakan patena yang besar, di mana ditampung hosti, baik untuk imam dan diakon, maupun untuk para pelayan dan umat.
Patena, hendaknya dibuat serasi dengan pialanya, dari bahan yang sama dengan piala, yaitu dari emas atau setidak-tidaknya disepuh emas. Patena diletakkan di atas purifikatorium.
Beberapa contoh gambar Patena
4. PALLA
Palla berasal dari bahasa Latin Palla Corporalis yang berarti kain untuk Tubuh Tuhan, adalah kain lenan putih yang keras dan kaku seperti papan, berbentuk bujursangkar, dipergunakan untuk menutup piala.
Palla melambangkan batu makam yang digulingkan para prajurit Romawi untuk menutup pintu masuk ke makam Yesus. Palla diletakkan di atas Patena.
Beberapa contoh gambar Palla
5. CORPORALE
Korporal (Corporale) adalah sehelai kain lenan putih berbentuk bujur sangkar dengan gambar salib kecil di tengahnya. Seringkali pinggiran korporale dihiasi dengan renda.
Dalam perayaan Ekaristi, imam membentangkan corporale di atas altar sebagai alas untuk bejana-bejana suci roti dan anggur. Setelah selesai dipergunakan,korporale dilipat menjadi tiga memanjang, lalu dilipat menjadi tiga lagi dari samping dan ditempatkan di atas Palla.
Beberapa contoh gambar Corporale
Urutan penyusunan peralatan tersebut di atas adalah sebagai berikut :- Piala
- Purifikatorium+sendok kecil
- Patena (dengan hosti besar diatasnya)
- Palla
- Corporale
6. BURSA
Sebuah bursa (atau burse), dari bahasa Yunani βύρσα ("sembunyikan", "kulit", "tas"), adalah parament sekitar dua belas inci persegi di mana korporal terlipat dan tersimpan didalamnya untuk alasan penghormatan. Bursa digunakan dalam liturgi Gereja Katolik Roma dan gereja-gereja Lutheran. Sampai reformasi Konsili Vatikan II, bursa dibawa oleh imam ke altar ketika dia masuk untuk Misa Kudus. Bursa ditempatkan di atas piala di awal dan akhir Misa dan di atas altar saat pemberkatan.
Bursa biasanya dibuat dari dua lembar karton yang diikat menjadi satu di tiga ujungnya; sebagainya terbuka untuk menerima korporal. Sisi luar bursa memiliki warna liturgi yang sama pada hari itu dan terkadang memiliki ornamen yang sama dengan jubah. Sisi dalam terbuat dari linen atau sutra. Salib atau nomen sacrum IHS dapat disulam di bagian atas. Kedua bagian bursa dijahit menjadi satu di satu sisi dan diikat dengan dasi atau gusset di kedua sisi untuk mencegah korporal jatuh.
Beberapa contoh gambar Bursa
7. SIBORI
Sibori berasal dari bahasa Latin “Ciborium” yang berarti “piala dari logam”, adalah bejana serupa piala, tetapi dengan tutup di atasnya. Sibori adalah wadah untuk Hosti Kudus (roti-roti kecil) yang akan dibagikan dalam Komuni kepada umat beriman. Sibori terbuat dari logam mulia dan bagian dalamnya biasa dibuat dari emas atau disepuh emas. Sibori yang masih berisi Hosti Kudus setelah Perayaan Liturgi disimpan dalam Tabernakel.
Beberapa contoh gambar Sibori
8. PIKSIS
Piksis berasal dari bahasa Latin “pyx” yang berarti “kotak”, adalah sebuah wadah kecil berbentuk bundar dengan engsel penutup, serupa wadah jam kuno. Piksis biasanya dibuat dari emas. Piksis dipergunakan untuk menyimpan hosti yang sudah dikonsekrasi, yang akan dihantarkan kepada mereka yang sakit, atau yang akan ditahtakan dalam kebaktian kepada Sakramen Mahakudus.
Beberapa contoh gambar Piksis
Dompet Piksis
Dompet yang digunakan untuk menyimpan piksis. Dompet ini biasanya digunakan oleh para prodiakon ketika bertugas membawa hosti.
Beberapa contoh gambar Dompet Piksis
9. MONSTRANS
Monstrans atau biasa disebut Ostensorium yang dikenal dalam gereja Katolik diciptakan pada abad pertengahan, awalnya diperuntukkan untuk memajang relikui-relikui di depan umum. Sekarang ini Monstrans dikhususkan sebagai wadah Hosti. Namun, masih ada beberapa Gereja yang memiliki Monstrans untuk memajang relikui yang disebut Monstrans Relikuarium. Monstrans digunakan tidak hanya oleh Gereja Katolik, tetapi juga oleh Gereja Katolik Ortodoks dan Gereja Anglikan.
Monstrans berasal dari sebuah kata dalam bahasa Latin yaitu monstrare yang berarti memperlihatkan atau mempertunjukkan. Monstrans merupakan sebuah wadah yang digunakan untuk menyimpan sekaligus memperlihatkan Hosti Ekaristi yang telah dikonsekrasikan dalam upacara Adorasi Ekaristi atau Pemberkatan Sakramen Maha Kudus.
Desain Monstrans sebagai wadah Hosti yang umumnya menyerupai matahari. Ornamen dalam desain Monstrans pada masa awal sangat rumit. Memasuki era modern, desain Monstrans menjadi lebih sederhana tanpa ornamen yang berlebihan. Material yang digunakan untuk membuat Monstrans sangat beragam, biasanya menggunakan perak, emas, atau logam mulia lainnya.
Di Gereja Katolik khususnya di Indonesia, monstrans yang digunakan adalah monstrans yang bentuknya seperti matahari. Monstrans itu sendiri dibuat dari perak dengan sepuhan emas dan memiliki ornamentasi yang tinggi. Ditengah bagian monstrans yang menyerupai matahari terdapat kaca berbentuk bulat dengan ukuran seperti hosti. Dibelakang kaca tersebut terdapat kontainer bulat yang terbuat dari kaca dan metal, yang disebut Luna, yang memiliki fungsi menahan Hosti agar tidak terjatuh. Bila Hosti tidak sedang berada di Monstrans, Hosti tetap diletakan di dalam Luna dan ditempatkan pada sebuah kontainer yang bernama Pyx di dalam Tabernakel.
Seringkali kita melihat penggunaan monstran ketika adorasi kepada sakramen maha kudus, dan lebih jelasnya ketika perayaan ekaristi pada Kamis Putih ketika menjelang hari raya Paskah. Hal tersebut diawali dengan pentahtaan sakramen maha kudus. Imam atau diakon memindahkan hosti yang telah dikonsekrasikan ke dalam monstrans dan mentahtakannya di atas altar. Ketika hosti diletakkan di dalam monstrans, maka dikatakan sebagai pentahtaan Sakramen Maha Kudus.
Karena umat Katolik meyakini bahwa Kristus hadir secara substantif dalam Ekaristi, sakramen Ekaristi yang tersimpan menjadi titik pusat devosi religius. Dalam Adorasi Ekaristi, selebran memajang sakramen di dalam monstrans, lazimnya di letakkan di atas altar. Jika tidak dipajang, sakramen tersebut dikunci dalam tabernakel.
Beberapa contoh gambar Monstrans
10. AMPUL
Ampul (cruets) adalah dua bejana yang dibuat dari kaca atau logam, bentuknya seperti buyung kecil dengan tutup di atasnya. Dalam gereja Katolik, ampul digunakan pada saat misa kudus sebagai tempat anggur dan air yang nantinya akan dituangkan ke dalam piala atau cawan. Selalu ada dua ampul di atas meja kredens dalam setiap Misa, yang satu berisi anggur, sedangkan yang lainnya berisi air.
Pada saat memulai doa syukur agung, misdinar akan menuangkan anggur dari ampul ke dalam piala, yang selanjutnya anggur itu akan di konsekrasi. Setelah selesai komuni, misdinar akan mengambil air dari ampul dan menuangkannya ke dalam sibori untuk membersihkan remah remah dari hosti di dalam sibori untuk selanjutnya diminum oleh pastur.
Beberapa contoh gambar Ampul
11. LAVABO
Lavabo, berasal dari bahasa Latin “lavare” yang berarti “membasuh”, adalah bejana berbentuk seperti buyung kecil, atau dapat juga berupa mangkuk, tempat menampung air bersih yang dipergunakan imam untuk membasuh tangan sesudah persiapan persembahan. Sebuah lap biasanya menyertai lavabo untuk dipergunakan mengeringkan tangan imam.
Nama lavabo ("Aku akan membasuh") diambil dari kata-kata yang ada di kitab Mazmur 26:6-12 "Aku akan membasuh tanganku tanda tak bersalah, lalu berjalan mengelilingi mezbah-Mu ya Tuhan."
Beberapa contoh gambar Lavabo
Handuk Lavabo
Handuk lavabo (Lavabo Towel) hampir selalu berbentuk persegi panjang dan ukurannya lebih kurang 15 cm x 23 cm. Biasanya ada sulaman salib atau kerang di tengah handuk bagian bawah.
Pastor akan menggunakan handuk lavabo ini untuk mengeringkan tangan setelah pembasuhan tangan sebelum upacara Konsekrasi Sakramen Ekaristi.
Beberapa contoh gambar Handuk Lavabo (Lavabo Towel)
12. TURIBULUM
Turibulum (disebut juga pedupaan/wiruk), berasal dari bahasa Latin “thuris” yang berarti “dupa”, adalah bejana di mana dupa dibakar untuk pendupaan liturgis. Turibulum terdiri dari suatu badan dari logam dengan tutup terpisah yang menudungi suatu wadah untuk arang dan dupa; turibulum dibawa dan diayun-ayunkan dengan tiga rantai yang dipasang padabadannya, sementara rantai keempat digunakan untuk menggerak-gerakkan tutupnya.
Pada turibulum dipasang bara api, lalu di atasnya ditaburkan serbuk dupa sehingga asap dupa membubung dan menyebarkan bau harum. Dupa adalah harum-haruman yang dibakar pada kesempatan-kesempatan istimewa, seperti pada Misa yang meriah dan Pujian kepada Sakramen Mahakudus.
Beberapa contoh gambar Turibulum
13. NAVIKULA
Navikula (disebut juga Wadah Dupa) adalah bejana tempat menyimpan serbuk dupa. Dupa adalah getah yang harum dan rempah-rempah yang diambil dari tanaman, biasanya dibakar dengan campuran tambahan guna menjadikan asapnya lebih tebal dan aromanya lebih harum. Asap dupa yang dibakar naik ke atas melambangkan naiknya doa-doa umat beriman kepada Tuhan.
Ada pada kita catatan mengenai penggunaan dupa bahkan sejak awal kisah Perjanjian Lama. Secara simbolis dupa melambangkan semangat umat Kristiani yang berkobar-kobar, harum mewangi keutamaan-keutamaan dan naiknya doa-doa dan perbuatan-perbuatan baik kepada Tuhan.
Beberapa contoh gambar Navikula
14. ASPERSORIUM
Aspersorium adalah sebuah wadah air suci yang akan digunakan untuk upacara pemercikan. Dalam penggunaannya, aspersorium selalu digunakan bersama dengan aspergilum.
Beberapa contoh gambar Aspersorium
15. ASPERGILUM
Aspergilum, (berasal dari bahasa Latin “aspergere” yang berarti “mereciki”), adalah sebatang tongkat pendek, di ujungnya terdapat sebuah bola logam yang berlubang-lubang, dipergunakan untuk merecikkan air suci pada orang atau benda dalam Asperges dan pemberkatan. Bejana Air Suci adalah wadah yang dipergunakan untuk menampung air suci; ke dalamnya aspergilum dicelupkan.
Sebuah aspergilum adalah alat yang digunakan dalam upacara liturgi pemercikkan air suci. Secara umum ada dua jenis aspergilum:
- Sikat yang dicelupkan di dalam air dan dicipratkan.
- Bola berlubang pada ujung sebuah tongkat pendek. Ada yang memiliki spons atau penyimpanan internal yang mengeluarkan air ketika terguncang, sementara yang lain secara periodik harus dicelupkan ke dalam sebuah aspersorium.
Dalam agama Katolik Roma, aspergilum digunakan pada ritus Pembaptisan dan selama musim Paskah. Selain itu, seorang imam akan menggunakan aspergilum untuk memberkati daun palma dalam misa minggu palma. Pada misa requiem, aspergilum digunakan untuk memerciki peti mati. Dalam pemberkatan rumah aspergilum digunakan untuk pemercikan setiap ruangan rumah.
Beberapa contoh gambar Aspergilum
16. RELIKUARI (RELIKUI)
Relikuarium adalah tempat penyimpanan relikui. Relikui berasal dari bahasa Latin "reliquiae", artinya: peninggalan, adalah bagian tubuh atau atribut dari orang-orang kudus yang sudah disahkan oleh Gereja Katolik sebagai benda suci. Contohnya: mayat dari Sta. Imelda Lambertini, rantai St. Petrus, dan kain kafan Yesus. Dengan menghormati relikui para kudus, diharapkan umat beriman dapat terdorong untuk berjuang dalam kekudusan meniru teladan mereka.
Alasan penghormatan relikui orang kudus adalah, bahwa tubuh para orang kudus itu pernah menjadi anggota-anggota yang hidup dari Kristus dan bait Allah Roh Kudus; sehingga mereka akan kelak dibangkitkan dan dimuliakan dan bahwa melalui mereka Allah melimpahkan banyak berkat-Nya kepada umat manusia. Demikian pula benda yang pernah bersentuhan dengan para orang kudus juga dapat disebut sebagai relikui.
Relikui diklasifikasikan menjadi tiga kelas. Kelas pertama, adalah atribut dari Yesus Kristus dan bagian tubuh dari para kudus, seperti rambut, tulang, gigi, dll. Kelas kedua, adalah benda yang dimiliki oleh para kudus ataupun atribut dari benda yang dipakai untuk menyiksa mereka hingga mati sebagai martir. Kelas ketiga, adalah sesuatu yang telah mengalami kontak fisik dengan relikui kelas pertama atau kedua.
Selain di altar, ada juga relikui yang disimpan di relikuari, wadah penyimpanan khusus yang biasanya dihias dengan emas atau perak. Meski di Kitab Hukum Kanonik 1190 ditulis mengenai larangan menjual relikui, seseorang diizinkan membeli relikui yang dijual dengan maksud menyelamatkan relikui itu.
Dokumen Gereja dan ahli teologi mengklarifikasi bahwa memang relikui tidak untuk disembah. Mereka juga bukanlah jimat yang punya kekuatan gaib. Relikui baiknya dihormati, karena anggota tubuh atau atribut tersebut adalah milik orang-orang yang sudah ada di surga.
Relikui yang sudah disahkan Gereja akan memiliki dokumen keterangan. Di situ tercantum nama dari orang kudusnya, apa bentuk relikuinya, dan penjelasan bahwa Gereja sudah melakukan penyelidikan atas relikui itu.
Beberapa contoh gambar Relikui